Kamis, 21 November 2013

Sejarah Umar bin Khatab r.a

Umar bin Khattab r.a
·       Proses Terpilihnya menjadi khalifah
Di samping ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya Umar Ibnul Khattab r.a. terkenal sebagai orang yg bertabiat keras tegas terus terang dan jujur. Sama halnya seperti Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. sejak memeluk Islam ia menyerahkan seluruh hidupnya utk kepentingan Islam dan muslimin. Baginya tak ada kepentingan yg lbh tinggi dan harus dilaksanakan selain perintah Allah dan Rasul-Nya.
Kekuatan fisik dan mentalnya ketegasan sikap dan keadilannya ditambah lagi dgn keberaniannya bertindak membuatnya menjadi seorang tokoh dan pemimpin yg sangat dihormati dan disegani baik oleh lawan maupun kawan. Sesuai dgn tauladan yg diberikan Rasul Allah s.a.w. ia hidup sederhana dan sangat besar perhatiannya kepada kaum sengsara terutama mereka yg diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain.
Bila Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. menjadi Khalifah melalui pemilihan kaum muslimin maka Umar Ibnul Khattab r.a. dibai’at sebagai Khalifah berdasarkan pencalonan yg diajukan oleh Abu Bakar r.a. beberapa saat sebelum wafat. Masa kekhalifahan Umar Ibnul Khattab r.a. berlangsung selama kurang lbh 10 tahun.
·       Usaha yang dilakukan selama menjadi khalifah
Di bawah pemerintahannya wilayah kaum muslimin bertambah luas dgn kecepatan luar biasa. Seluruh Persia jatuh ke tangan kaum muslimin. Sedangkan daerah-daerah kekuasaan Byzantium seluruh daerah Syam dan Mesir satu persatu bernaung di bawah bendera tauhid. Penduduk di daerah-daerah luar Semenanjung Arabia berbondong-bondong memeluk agama Islam. Dengan demikian lslam bukan lagi hanya dipeluk bangsa Arab saja tetapi sudah rnenjadi agama berbagai bangsa.
Sukses gilang-gemilang yg tercapai tak dapat dipisahkan dari peranan Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. sebagai pemimpin. Ia banyak mengambil prakarsa dalam mengatur administrasi pemerintahan sesuai dgn tuntutan keadaan yg sudah berkembang. Demikian pula di bidang hukum. Dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ajaran Islam dan dgn memanfaat­kan ilmu-ilmu yg dimiliki para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. khususnya Imam Ali r.a. sebagai Khalifah ia berhasil menfatwakan bermacam-macam jenis hukum pidana dan perdata disamping hukum-hukum yg bersangkutan dgn pelaksanaan peribadatan.
Tetapi bersamaan dgn datangnya berbagai sukses sekarang kaum rnuslimin sendiri mulai dihadapkan kepada kehidupan baru yg penuh dgn tantangan-tantangan. Dengan adanya wilayah Islam yg bertambah luas dgn banyaknya daerah-daerah subur yg kini menjadi daerah kaum muslimin serta dgn kekayaan yg ditinggalkan oleh bekas-bekas penguasa lama kaum muslimin Arab mulai berkenalan dgn keni’matan hidup keduniawian.

Hanya mata orang yg teguh iman sajalah yg tidak silau melihat istana-istana indah kota-kota gemerlapan ladang-ladang subur menghijau dan emas perak intan-berlian berkilauan. Kaum muslimin Arab sudah biasa menghadapi tantangan fisik dari musuh-musuh Islam yg hendak mencoba menghancurkan mereka tetapi kali ini tantangan yg harus dihadapi jauh lbh berat yaitu tantangan nafsu syaitan yg tiap saat menggelitik dari kiri-kanan muka-belakang.
Tantangan berat itulah yg mau tidak mau harus ditanggulangi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. Berkat ketegasan sikap kejujuran dan keadilannya dan dgn dukungan para sahabat Rasul Allah s.a.w. yg tetap patuh pada tauladan beliau Khalifah Umar r.a. berhasil menekan dan membatasi sekecil-kecilnya penyelewengan yg dilakukan oleh sementara tokoh kaum muslimin. Pintu-pintu korupsi ditutup sedemikian rapat dan kuatnya. Tindakan tegas dan keras cepat pula diambil terhadap oknum-oknum yg bertindak tidak jujur terhadap kekayaan negara. Sudah tentu ia memperoleh dukungan yg kuat dari semua kaum muslimin yg jujur sedangkan oknum-oknum yg berusaha keras memperkaya diri sendiri keluarga dan golongannya pasti melawan dan memusuhinya.
Selama berada di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. musuh-musuh kaum muslimin memang tidak dapat berkutik. Namun bahaya latent yg berupa rayuan kesenangan hidup duniawi tetap tumbuh dari sela-sela ketatnya pengawasan Khalifah.
Dalam menghadapi tantangan yg sangat berat itu Khalifah Umar r.a. tidak sedikit menerima bantuan dari Imam Ali r.a. Dalam masa yg penuh dgn tantangan mental dan spiritual itu Imam Ali r.a. menunjukkan perhatiannya yg dalam.
Dengan segenap kemampuan dan kekuatannya Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. bersama para sahabat-sahabat Rasul Allah s.a.w. berusaha keras mengendalikan situasi yg hampir meluncur ke arah negatif.
Umar r.a. sering berkeliling tanpa diketahui orang utk mengetahui kehidupan rakyat terutama mereka yg hidup sengsara. Dengan pundaknya sendiri ia memikul gandum yg hendak diberikan sebagai bantuan kepada seorang janda yg sedang ditangisi oleh anak-anaknya yg kelaparan.
Jika Umar r.a. mengeluarkan peraturan baru anggota-anggota keluarganya justru yg dikumpulkannya lbh dulu. Ia minta supaya semua anggota keluarganya menjadi contoh dalam melaksanakan peraturan baru itu. Apabila di antara mereka ada yg melakukan pelanggaran maka hukuman yg dijatuhkan kepada mereka pasti lbh berat daripada kalau pelanggaran itu dilakukan oleh orang lain.
Dengan kekhalifahannya. itu Umar Ibnul Khattab r.a. telah menanamkan kesan yg sangat mendalam di kalangan kaum muslimin. Ia dikenang sebagai seorang pemimpin yg patut dicontoh dalam mengembangkan keadilan. Ia sanggup dan rela menempuh cara hidup yg tak ada bedanya dgn cara hidup rakyat jelata. Waktu terjadi paceklik berat sehingga rakyat hanya makan roti kering ia menolak diberi samin oleh seorang yg tidak tega melihatnya makan roti tanpa disertai apa-apa. Ketika itu ia mengatakan: “Kalau rakyat hanya bisa makan roti kering saja aku yg bertanggung jawab atas nasib mereka pun harus berbuat seperti itu juga.”

·       Wafatnya Umar Ibnul Khattab r.a.
Umar Ibnul Khattab r.a. wafat setelah menderita sakit parah akibat luka-luka tikaman senjata tajam yg dilakukan secara gelap oleh seorang majusi bernama Abu Lu’lu-ah. Dalam keadaan kritis di atas pembaringan pemimpin ummat Islam ini masih sempat meletakkan dasar prosedur bagi pemilihan Khalifah penggantinya. Rasa tanggung jawabnya yg besar atas kesinambungan kepemimpinan ummat Islam masih tetap merisaukan hatinya walaupun maut sudah berada di ambang kehidupannya.
Dalam saat yg gawat itulah ia meminta pendapat para penasehatnya yg dalam catatan sejarah terkenal dgn sebutan “Ahlu Syuro” tentang siapa yg layak menduduki atau memegang pimpinan tertinggi ummat Islam.
Umar Ibnul Khattab r.a. memang terkenal sebagai tokoh besar yg memiliki jiwa kerakyatan. Sehingga ketika di antara penasehatnya ada yg mengusulkan supaya Abdullah bin Umar putera sulungnya ditetapkan sebagai Khalifah pengganti dgn cepat Umar r.a menolak. Ia mengatakan: “Tak seorang pun dari dua orang anak lelakiku yg bakal meneruskan tugas itu. Cukuplah sudah apa yg sudah dibebankan kepadaku. Cukup Umar saja yg menanggung resiko. Tidak. Aku tidak sanggup lagi memikul tugas itu baik hidup ataupun mati!” Demikian kata Umar r.a. dgn suara berpacu mengejar tarikan nafas yg berat.
Sehabis mengucapkan kata-kata seperti di atas Umar r.a. lalu mengungkapkan bahwa sebelum wafat Rasul Allah s.a.w. telah merestui 6 orang sahabat dari kalangan Qureiys. Yaitu Ali bin Abi Thalib ‘Utsman bin Affan Thalhah bin ‘Ubaidillah Zubair bin Al ‘Awwam Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin ‘Auf. “Aku berpendapat” kata Umar r.a. lbh jauh “sebaiknya kuserahkan kepada mereka sendiri supaya berunding siapa di antara mereka yg akan dipilih.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar